Rabu, Oktober 12, 2022

ASAL USUL SUKU LAMPUNG DAN KERAJAAN LAMPUNG



KotabumiNews - Suatu ketika banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang terlontar kepada saya tetang asal usul suku lampung dan kerajaan-kerajaan yang ada di bumi lampung,pertanyaan itu terlontar oleh beberapa anak muda terutama mahasiswa-mahasiswi yang sedang ingin mendalami atau ada tugas mengenai sejarah asal usul suku lampung dan kerajaan-kerajaan yang ada di lampung,ketika itu ada yang bertanya "saya mahasiswa yang sedang ada tugas dari kampus yang ada di salah satu kota bandar lampung dan saya ingin bertanya tolong jelaskan sejarah asal usul suku lampung secara rinci dan kerjaan apa yang ada di lampung ?" dan sayapun terdiam,mengapa? karena saya sendiri sebagai pengamat sekaligus pembaca sejarah-sejarah lampung masih bingung untuk menjelaskannya secara detil,sebab banyak dari pendapat ilmuan,sejarawan,peneliti maupun cerita rakayat bahkan di artikel terkenal yaitu "wikipedia" sangat saling bertentangan,contohnya masalah situs kerajaan yang digambarkan ada dua kerajaan yaitu kerajaan tulang bawang dan kerajaan paksi pak sekala beghrak.

1. Kerajaan Tulang Bawang

Tulang Bawang digambarkan merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, disamping kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai, dan Tarumanegara. Meskipun belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan kerajaan ini, namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke-4 seorang pejiarah Agama Budha yang bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah kerajaan yang makmur dan berjaya, To-Lang P'o-Hwang (Tulang Bawang) di pedalaman Chrqse (pulau emas Sumatera). Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala. Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie (Sriwijaya), nama dan kebesaran Tulang Bawang sedikit demi sedikit semakin pudar. Akhirnya sulit sekali mendapatkan catatan sejarah mengenai perkembangan kerajaan ini.

dari penjelasan di atas tidak ada kesimpulan namun peninggalan-peninggalan kerajaan ini banyak contohnya seperti makam kramat yang ada di kampung pagar dewa,benteng sabut yang ada di bujung menggala gunung katun tulang bawang dan masih banyak lagi artefak-artefak lainnya.

2. Paksi Pak Sekala Bekhak

Kerajaan Sekala Brak (Baca: Sekala Bekhak) adalah sebuah kerajaan yang bercirikan Hindu. Diriwayatkan setelah kedatangan Empat Umpu dari Pagaruyung yang menyebarkan agama Islam, Kerajaan Skala Brak Hindu kemudian berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak, terletak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung-lampung barat).

Skala Brak, yang dipercaya oleh sebagian masyarakat Lampung sebagai salah satu tempat asal mula bangsa Lampung, yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah sebagian leluhur bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu way komering, way kanan, way semangka, way seputih, way sekampung dan way tulang bawang beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten.

Sekala Brak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi bangsa Lampung. Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala Brak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau.

Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala Brak, yaitu:

Sakala Bhra yang berarti titisan dewa (terkait dengan Kerajaan Sekala Brak Hindu)

Segara Brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau)

Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan dataran tingginya)

Dalam buku Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga:

'"Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh pagaruyung pemerintah bunda kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako"

Terjemahannya berarti

"Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah pagaruyung pemerintah bundo kandung, Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa".

Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja. Prof. Wang Gungwu [1] dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina.

Menurut Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga: "Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako" Terjemahannya berarti "Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung (pada abad 15), Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa".

Menurut dongeng, Kerajaan Sekala Brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa.

Di lereng gunung Pesagi,dapat ditemukan berbagai peninggalan lain,seperti bebatuan yang tersebar di gunung Pesagi,tapak bekas kaki,altar/tempat eksekusi muda-mudi. Kerajaan Sekala Brak menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan Kerajaan lain di Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri Cina. Prof. Olivier W. Wolters dari Universitas Cornell, dalam bukunya Early Indonesian Commerce, Cornell University Press, Ithaca, New York, 1967, hal. 160, mengatakan bahwa ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang mengembangkan perdagangan dengan Cina pada abad 5 dan 6 yaitu Kendali di Andalas dan Ho-lo-tan di Jawa. Dalam catatan Dinasti Liang (502-556) disebutkan tentang letak Kerajaan Sekala Brak yang ada di Selatan Andalas dan menghadap kearah Samudra India, Adat Istiadatnya sama dengan Bangsa Kamboja dan Siam, Negeri ini menghasilkan pakaian yang berbunga, kapas, pinang, kapur barus dan damar.

Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 9 Margasira 919 Caka yang di temukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih dikuasai oleh Buay Tumi.[2]Diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Baginda Sri Haridewa. Lebih jauh lagi Sekala Brak Hindu adalah juga merupakan cikal bakal Sriwijaya, di mana saat persebaran awal dimulai dari dataran tinggi Pesagi dan Danau Ranau satu kelompok menuju keselatan menyusuri dataran Lampung dan kelompok yang lain menuju kearah utara menuju dataran Palembang.[3] Bahkan seorang keturunan dari Sekala Brak Hindu adalah merupakan Pendiri dari Dinasti Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanagayang memulai Dinasti Sriwijaya awal dengan ibu negeri Minanga Komering[4]

Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun di dalam Tambo, dataran Sekala Brak yang pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah. Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku bangsa Tumi.

untuk lebihnlengkapnya bisa dibaca artikelnya di "wikipedia" dengan kata kinci kerajaan paksi pak skala brak

sekarang saya hanya ingin menjelaskan kepada mereka yang bertanya sebahwa dari dua kerajaan tersebut belum jelas kepastiannya dan tidak dapat ditarik sebuah kesimpulan sebahwa dr salah satunya adalah asal usul suku lampung sebab saling bertentangan dan belum adanya kekomplitan tentang sejarah keduanya.

pesan dari kami sebagai pengamat sejarah dan buadaya lampung dimohon untuk tidak memberikan pertanyaan atau tugas yang belum jelas ataupun menyimpulkan sesuatu pertanyaan seolah-olah membela dari salah satu kerajaan di atas untuk disebar luaskan ke para mahasiswa yang belum terlalu paham masalh ini. contoh pertanyaannya sebutkan nama-nama 4 sultan yang ada di kerajaan paksi pak skala brak dan pembagian daerahnya?

pertanyaan ini saya dapatkan dari salah satu mahasiswa SMU kelas 11 yang mempertanyakan hal tersebut kepada kami!!!

jadi kesimpulannya apakah dibidang pendidikan sudah mengakui sebahwa paksi pak skala brak adalah sebuah kerajaan di lampung ataupun asal usul suku lampung,sementara kontroversi yang meminta bukti yang disebutkan di artikel wikipedia tidak terpenuhi.

mudah-mudahan dengan artikel kecil ini kita semua bisa tahu sebahwa belum ada kepastian masalah asal usul suku lampung yang sebenarnya berdasarkan bukti-bukti yang komplit di antara keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar